Sabtu, 16 Januari 2016

KETIKA DUNIA MENJADI OBSESI TERBESAR


Ketika dunia menjadi obsesi terbesar kehidupan.

Hidup adalah rentetan peristiwa. Setiap peristiwa, tentu mengandung hikmah yang tersembunyi. Sungguh beruntung mereka yang mampu mengambil hikmah dari berbagai peristiwa yang terjadi, lalu menjadikannya pelajaran bagi kehidupan dan masa depannya.

Orang yang fakir bukanlah tanpa papan, pangan dan sandang, ia juga bukan yang minus rupiah ataupun dolar, tapi orang yang fakir ialah ketika ia telah menjadikan dunia menjadi obsesi terbesar hidupnya sehingga Allah akan sematkan kacamata kefakiran tepat dipelupuk matanya, sehingga berapapun gemericik rupiah atau batang emas yang ia kumpulkan justru semakin membuatnya berdahaga dan bernafsu untuk menambahnya.

Rasululloh bersabda,"Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan atau tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan selalu merasa cukup dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya). (HR Ibnu Majah dan Imam Ahmad)

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan: "Orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (macam penderitaan): Kekalutan (pikiran) yang selalu menyertainya, kepayahan yang tiada henti, dan penyesalan yang tiada berakhir" (Dinukil dalam kitab Igaatsatul lahfaan 1/37)

Dan beliau memberikan sebuah kaidah indah, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah mengatakan:

الدنيا كالظل لو لاحقتها تهرب منك و لو اعطيتها ظهرك تلاحقك.

"Dunia itu ibarat bayangan, bila kau kejar, dia akan lari darimu. Tapi bila kau palingkan badanmu, dia tak punya pilihan lain kecuali mengikutimu."

Begitulah... setiap potongan hidup selalu menyajikan pilihan-pilihannya sendiri.
Disini kita hanya punya dua pilihan, mengejar bayangan semu atau berbalik menuju kepastian. Tak ada pilihan ketiga, sebab kita tak mungkin berhenti sendiri, karena dengan berhenti itu artinya kita telah memilih untuk binasa.

Maka semakin kita mampu mengontrol hati untuk tidak mencintai dunia secara berlebihan dan menggesernya untuk kepentingan akherat yang lebih besar, maka semakin kaya lah kita dengan keberkahan hidup kita...

Berkah adalah kata yang diinginkan oleh hampir semua hamba yang beriman, karenanya orang akan mendapat limpahan kebaikan dalam kehidupnya.

Perhatikanlah kisah bertabur decak kagum nabi Sulaiman, hartanya tidak menyilaukannya dalam beribadah kepada Allah, ketika mengangkat tangan memanjatkan do'a, beliau mengemis pilu kepada Robb-Nya, seakan limpahan harta di barat dan timur tak mencukupi kehidupannya. Berbeda dengan nabi Ayyub, kisah harunya menceritakan buah kesabaran yang luar biasa, sakit dan miskin tidak membuat minder untuk berucap syukur atas nikmat iman yang Allah hadirkan kepadanya, merasa cukup dalam kekurangan membuat hidupnya betul-betul terasa nikmat.

Berkah bukanlah cukup dan mencukupi saja sebagaimana tafsir seorang pedagang, tapi berkah ialah bertambahnya ketaatan kita kepada Allah dengan segala keadaan yang ada, itulah berkah,"Albarokatu tuziidukum fi thoah" (Berkah Menambah Taatmu Kepada Allah)

Hidup yang berkah bukan hanya sehat, tapi kadang sakit itu justru berkah sebagaimana nabi ayyub, sakitnya menambah taatnya kepada Allah, dan berkah itu tidak selalu panjang umur, ada yg umurnya pendek tapi dahsyat taatnya layaknya Mus'ab bin umair, hingga dikatakan bumipun menangisi kepergiannya karna kesholihannya.

Harta yang berkah bukan dilihat dari besarnya penghasilan usahanya, akan tetapi sejauh mana kehalalannya, karna usaha bukan dilihat dari untung dan rugi melainkan halal dan haramnya.

Tanah yang berkah itu bukan karena panorama indahnya, tapi tanah yang berkah kadang tandus seperti Makkah, keutamaanya dihadapan Allah tidak ada yang menandingi.

Dan ilmu yang berkah itu bukan yang banyak riwayat dan catatan kakinya, tapi yang berkah ialah yang mampu menjadikan seorang meneteskan air mata, keringat dan darahnya berjuang untuk Allah.

Lalu apa berkah hidup kita?

"Ya Rabbku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku kedalam golongan orang yang shalih. Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang yang datang kemudian, serta jadikanlah aku termasuk orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan. Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan" (Qs. Asy-Syu'araa:83-85 dan 87)...

 Akhukum fillah.

Tidak ada komentar: