Rabu, 27 Januari 2016

BELAJAR GEMBIRA DALAM UJIAN

Belajar gembira dalam ujian.

Diantara karakteristik seorang hamba dalam imanya adalah ketika ia mampu melihat, membaca dan menanamkan dalam hatinya bahwa setiap goresan ujian dari sang Kholiq apapun bentuknya, merupakan pintu bagi hamba untuk memperbaiki kehidupan akhiratnya.

Karena sungguh goresan indah taqdir Allah dalam kehidupan hamba selalu berbanding lurus dengan kenikmatan hati dengan sukacitanya ketika memahaminya bahwa Allah tidak menetapkan kecuali yang terbaik untuk setiap hamba-Nya yang bersabar.

Para salaf menuturkan: ''nyatakanlah ridhomu kpada apa yang telah ditaqdirkan Allah, tidaklah Dia menimpakan musibah kecuali untuk mengampuni dosamu, dan tidaklah ia menjadikanmu sakit kecuali Ia ingin menyembuhkanmu. Janganlah engkau terpisah dari ridho kepada-Nya, karena apabila engkau terpisah dari ridho-Nya maka ia akan merendahkan kedudukanmu dalam pandangaNya" (lihat sifaul alil fimasalati qodho, ibnu qoyyim)

Inilah hikmah besar yang menyingkap jawaban kenapa ada seorang wanita Anshor yang dijanjikan syurga yang memilih sabar dalam ujian penyakit ayannya ketika dia memahami muara penyakitnya adalah taubat dan syurga

Dan inilah jawaban kenapa ada sahabat besar Ubay bin Ka'ab yang memilih diberikan sakit demam untuk menggugurkan dosanya, dan Allah mengabulkanya. Beliau menjadi sahabat yang senantiasa demam di sore hari sampai pagi hingga meninggal dunia.

Belajar syukur dalam nikmat penting, dan belajar gembira dalam ujian selain penting adalah indah untuk kehidupan hati, Rasul bersabda :

ان أحدهم ليفرح بالبلاء كما يفرح أحدكم بالرخاء

"Sesungguhnya diantara mukminin ada yang senantiasa senang mendapatkan ujian sebagimana senangnya kalian mendapatkan kemewahan" (lihat silsilah ahadits shohihah 1/226)

Hidup adalah perputaran segala macam masalah dan pusaran konflik, karena tidaklah dunia itu diadakan oleh Rabb semesta Alam kecuali untuk menjadi ujian bagi setiap hamba. Tapi dunia pun bisa menjadi indah dilihat bagaimna tata cara memandang setiap masalah yang menyapa hidupnya.

Syaikh Abdurrahman Assa'di menguraikan dalam kitabnya Alwashilaatu almufiidah lil hayaah assa'idah, "Bahwa dunia itu pendek,maka janganlah engkau memendekanya dengan gundah, sedih dan kemaksiatan, karena muara segala hal itu hanya akan menjadikan dunia yang hina semakin hina dina, ragam masalah didalamnya tidak layak menyita akherat "

Karena kaca mata hamba yang beriman membentuk pandangan bahwa ujian dalam hidup adalah konsekuensi iman, tetapi pertolongan Allah selalu lebih besar dari ujian yang diberikan

"Allahumma rahmataka arju fala takilni ila nafsi thorfata ainin"

"Ya Allah rahmat-Mu yang senantiasa kuharap, maka janganlah engkau tinggalkan aku dan hidupku walaupun hanya sekejap mata saja" (H.R abu Dawud)

Akhukum fillah..mari selalu memngucapkan syukur

Tidak ada komentar: