Senin, 18 Januari 2016

MU'AQOBAH

Mu'aqobah
Chairul Saleh

Jika kita terbiasa muhasabah, menghitung dan mengevaluasi amal diri, maka melanjutkan tradisi dengan mu'aqobah adalah penting.

Muhasabah mengajari kita merenungi amal. Belajar menghitung dan menimbangnya. Agar tak salah langkah lagi kedepannya.

Muhasabah mengajari kita berbenah diri. Agar luput di hati tak lagi terulang lagi.

Muhasabah menajamkan jiwa dengan renungan-renungan harap atas ampunan sang Maha Pengampun.

Maka, mu'aqobah tak sekedar itu.

Mu'aqobah adalah amal shalih yang menyusuli amal salah, agar jiwa kian terlecut untuk terus berketaatan.

Suatu hari jelang panen kebun, Umar bin Khattab mengunjungi kebunnya di Madinah.

Kurma yg telah ranum. Tandannya menua. Rantingnya berkerut.

Anggur yg matang. Daunnya bergururan. Menarik untuk siap petik.

Maka dalam suasana bahagia, duduk diantara teduhnya pohon kurma dan matangnya buah anggur, Umar bin Khattab menikmati sore harinya.

Hingga ketika Umar beranjak ke masjid untuk menunaikan Sholat 'Ashar, ternyata jamaah telah bubar.

Betapa menyesalnya Al Faruq. Gegara bahagianya menikmati bayangan kebunnya yg hendak panen, dia kehilangan jamaah sholat yg selama ini menjadi kekuatan imannya.

Beliau menghadap Rasulullah.

"Ya Rasulullah, saya akan sedekahkan seluruh kebunku untuk jalan Allah. Ambil dan pergunakanlah"

"Bukahkah engkau sangat mencintai kebunmu yaa Umar?"

"Sebab ia telah melalaikanku dari jamaah sholat ashar", jelas Umar.

"Pertahankanlah kebunmu itu, dan sedekahkanlah hasilnya saja, wahai Umar", teduh Rasulullah.

"Saya dengar dan saya taat, Yaa Rasulullah",

Maka, rangkaian kisah ini adalah bentuk mu'aqobah.

Mu'aqobah adalah penebusan dunia atas kesalahan kita, agar di akhirat berkuranglah sesal menyiksa.

Wallahualam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar